Kamis, 16 Juli 2009

UNTUK UKHTI FILLAH YANG TERSERANG “VIRUS”…

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. ngaji

Alhamdulillahi washolatu’ala Rosulillah.

Ukhti fillah Al-Mahbubah ilalloh…kaifa haluki wa kaifa imanuki?.Ana berharap anti dalam keadaan khoir wa afiyah. Begitu juga qolbu dan iman anti-yang beberapa saat lalu anti mengadu bahwa dia sedang “sakit”dan yanqush- semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan cahaya-Nya dan melembutkannya dengan belaian kasih sayang dan rahmat-Nya. Ukhti, risalah ini sengaja ana tulis untuk anti berkaitan dengan curhat anti tempo hari mengenai “tidak karuannya” kondisi ruhiyah anti karena terlalu seringnya anti bekerja sama dan bermuamalah dengan seorang ikhwan partner dakwah anti. Ukh, ana memahami posisi anti sebagai aktivis dakwah yang mau tidak mau mengharuskan anti untuk menjalin komunikasi dengan ikhwan, yang notabene anti adalah sosok yang cukup sensitive dan rawan jika harus berinteraksi dengan mereka. Ikhwan -dengan segala predikat dan atribut yang melekat padanya- ternyata bisa menjadi sebuah “variasi” tersendiri bagi warna-warni perjalanan hati seorang akhwat (bahkan yang sudah “ngaji” lama dan sudah “mudeng” -nggak nyindir lho! ). Well, terbukti bukan hanya akhwat yang bisa menjadi sumber fitnah, ternyata ikhwan juga. Ukhti…, terus terang ana memang tidak menafikan adanya different beat yang menjalari hati ketika harus berkomunikasi dengan lawan jenis yang berembel-embel ikhwan (dan pastinya belum menikah) itu. Dan sepertinya …hampir tiap akhwat maupun ikhwan pun demikian (diakui atau tidak). Entah kenapa. Mungkin seperti yang ana katakan tadi, wilayah ini memang sangat rawan. Dangerous area, mungkin itu sebutan yang pas, bahkan kalau boleh ana gambarkan, ikhwan dan akhwat itu ibarat magnet yang memiliki dua kutub yang berbeda yang saling tarik-menarik dengan daya magnetis yang tinggi (yang kalau tidak dijaga benar-benar bisa fatal!). Dalam kesempatan ini ana tidak akan mengemukakan hal-hal yang bersifat “teoritik” sebagai feedback terhadap aduan anti yang lalu. Dan afwan jika risalah ini cukup “keras” dan agak “nabrak”. Karena ana sadar betul bahwa anti bukanlah “akhwat kemarin sore” yang belum tahu apa-apa. Dan ana juga yakin benar, antipun sudah paham ilmunya (apalagi predikat sebagai “aktivis dakwah” dan sebagai “da’iyah”…tersandang dalam sosok anti, sehingga membuat ana semakin yakin tentang “kepahaman” anti, begitukan?!). Ukhti fillah, ana mengakui bahwa membangun komunikasi dengan ikhwan memang berat. Bukan berat di fisik namun berat dihati. Awalnya memang bisa untuk bertahan…tapi lama kelamaan timbul simpati… dan bisa-bisa akhirnya ada “rasa” yang lain…indefinable feeling…apalagi jika harus banyak-banyak berinteraksi dengan mereka, apalagi kalau sudah nyrempet-nyrempet masalah pribadi, bahkan sampai curhat segala, plus sering-sering bertemu dan melihat. Waah bisa ancur hati dan iman anti ( Wal ‘iyyadzubillah!). Berat memang ketika harus menjalin hubungan dengan mereka, hatta mengatasnamakan kepentingan dakwah. Berat banget , Ukh!. Itulah…, kalau memang anti sudah tak kuasa membendung ghorizatun nau’ anti terhadap ikhwan tersebut, langkah yang paling afdhol adalah memutuskan hubungan dengan dia. Hentikan komunikasi. Disconnect! Hindari ‘celah-celah’ yang dapat menjadi sarana ber-interaksi dengan dia. Jauhi dia Ukh! No more interaction, stop here!!!. Itu adalah jurus jitu untuk menyelamatkan hati dan iman anti, jika anti benar-benar ingin selamat. Dan jika memang anti benar-benar tidak bisa menghentikan secara total hubungan dengan dia dengan alasan anti tidak ingin surut dari belantara dakwah dan ingin tetap melaksanakan amanah anti dalam dakwah tersebut, maka yang harus anti lakukan adalah melawan “virus ganas” yang menyerang anti. Anti harus berusaha keras untuk fight! Jangan biarkan ia menguasai hati dan menggerogoti keistiqomahan anti. Jangan biarkan ia terus-menerus menginvasi. LAWAN, Ukh! LAWAN!!! Ukhti, jika memang anti meniatkan diri -ketika menjalin kontak dengan dia dan mereka- adalah untuk dakwah, maka jangan ada muatan lain selain untuk kemaslahatan dakwah (anti nggak mau kan termasuk orang-orang yang mengatasnamakan dakwah untuk tendensi-tendensi pribadi?!). Jaga arah gerakan hati dan…WASPADAI!!! Ukh… masalah dalam iqomatuddin itu banyak dan seabrek!. Coba anti lihat wajah umat hari ini, berapa banyak masalah meraka yang harus ditangani. Anti lihat wajah generasi kita, Anti lihat kondisi din kita saat ini! Mereka membutuhkan “kerja” kita, Ukh. Mereka memerlukan sumbangan tenaga, pikiran, waktu dan seluruh potensi kita. Tidakkah anti berfikir tentang tangisan pilu saudara-saudara muslim yang dibantai, dianiaya, diteror, dan diintimidasi?. Tidakkah anti mendengar jeritan para ummahat dan anak-anak yang menjadi sasaran peluru dan peledak?. Akankah anti sibuk dengan “urusan sepele” tersebut, sementara para ikhwah berjuang mati-matian untuk mempertahankan din dan ‘izzah (kehormatan) mereka … Akankah anti ‘bermain-main dengan perasaan anti dan terjebak didalamnya” sementara ma’rokatul-jihad dan medan-medan konflik dipenuhi dengan genangan air mata dan darah para syuhada’?. Renungilah Ukh… camkan! Masih banyak yang harus kita pikirkan, masih banyak hal-hal yang lebih pantas menyita ruang fikir kita daripada hal-hal sepele seperti itu… Masalah-masalah iqomatuddin jauuuh lebih besar dari masalah-masalah semacam itu… Sekali lagi, PIKIRKANLAH ! Ukhti fillah rahimakumullah … marilah kita pahami tabiat din ini. Sungguh din ini adalah din yang suci, yang tidak akan tegak kecuali dengan cara yang suci dan orang-orang yang suci pula. Harapan ana, semoga kita bias meng-ishlah masing-masing diri kita, tetap menjaga kelurusan niat, kesucian hati, dan jiwa kita, serta tetap tsabat di atas jalan-Nya. Be istiqomah, Ukh! Masih ingat perkataan Syaikhul-islam Ibnu Taimiyah kan?! “Tiada kebahagiaan dan kelezatan sempurna bagi hati selain kecintaan kepada Allah dan upaya mendekatkan diri kepada-Nya dengan hal-hal yang dicintai-Nya. Sementara cinta tidak akan ada kecuali dengan berpaling dari semua kecintaan kepada selain-Nya.” Indah bukan?! Semoga Alloh selalu mencurahkan kepada kita manisnya iman kepada-Nya dan hangat cinta-Nya, yang cinta tersebut adalah cahaya-Nya. Dan cahaya Allah tidak akan menembus hati yang ditempati oleh ‘kotoran’ dan terjangkiti oleh ‘penyakit’. Naudzubillah! Satu hal yang tidak boleh anti lewatkan adalah muroqobatullah. Pengawasan Allah, Ukhti. Innallaha’ala kulli sya’iin syahid. Malulah kepada-Nya. Malulah kepada Zat yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi didalam hati. Ukh…jangan lupa untuk selalu melakukan self control. Pengendalian intern terhadap diri anti itulah yang akan menjadi basis kekuatan untuk memukul mundur “virus-virus busuk” dalam perjalanan iman anti. Manage baik-baik self control anti yaa…. Pesan ana, kuatkan hati di jalan dakwah. Perjalanan kita masih panjang. Masih banyak lagi tribulasi dakwah yang akan kita temui. Hadapi, atasi, jangan ”lari”! Anggap saja accident yang menimpa hati dan iman anti tersebut sebagai satu bentuk mihnah dari Allah. Bertahanlah, Ukh! Tetaplah tegar diatas jalan-Nya. Meskipun “berat” dan “menyakitkan”…tetaplah bertahan! Bersabarlah dalam melakukan ketaatan kepada-Nya dan bersabarlah untuk tidak bermaksiat kepada-Nya! Ishbiru wa shoobiruu…. Terakhir, Allahu ma’anaa Ukh….Always-lah berdo’a, ikhtiar, dan tawakkal. Insya Allah doa ana juga menyertai anti. Aquulu qouli haadza wastaghfirullaha lii walakum. Ihdinashshiraathal mustaqiim. Robbanaa’aatina min ladunka rohmatan wa hayyi’lanaa min amrinaa rosyadaa. Allahuma aamiin.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

(Di ambil dari segmen niswah , majalah Ar Risalah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar